Makalah Perubahan Sosial dan Pendidikan
PERUBAHAN SOSIAL DAN
PENDIDIKAN
Materi Diskusi Kuliah Pengantar
Ilmu Pendidikan
Rabu Pk. 12.45 R. PPG 4
Oleh:
Kelompok 7
1. Siska
Binastuti (120210101076)
2. Ruli
Andriani (120210101079)
3. Afni
Nihayah (120210101082)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
Semester Genap 2012 – 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, atas
segala rahmat dan karunia – Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perubahan Sosial Dan
Pendidikan” sesuai dengan target waktu yang ditentukan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Dr. H. Misno. A. Lathif M.Pd. , selaku Dosen mata
kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan yang
telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian dalam penyusunan makalah ini;
2.
Kedua orang tua
serta sekeluarga yang telah memberikan dorongan dan doanya demi terselesaikan
makalah ini;
3.
Kepada petugas perpustakaan, yang selalu mengizinkan
kami dalam peminjaman buku untuk penyelesaian makalah ini.
4.
Teman – teman S1
Pendidikan Matematika khususnya kelas D
angkatan 2012 yang telah memberikan segala dukungan, saran dan
bantuannya dalam proses penyusunan makalah ini.
5.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Jember, 5 Maret
2013
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL …………………………..………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………... ii
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………………... iii
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang .....................................
. .............................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah ………………..…………………………...............
2
1.3 Tujuan ………………………………...…………………...........…...... 2
BAB II.
PEMBAHASAN …………….………………...……………………....... 3
2.1 Aspek –
aspek Penyebab Perubahan Sosial
………..…….……….... 3
2.2 Perubahan
Sosial Masyarakat Indonesia ………………………........ 9
BAB III.
PENUTUP …………………………………………….……………….. 15
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 15
3.2 Saran – saran
……………………………………………………….. 15
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan
ada dan hidup di dalam masyarakat, maka keduanya memiliki hubungan
ketergantungan yang erat. Pendidikan mengabdi kepada masyarakat dan masyarakat
menjadi semakin berkembang dan maju melalui pendidikan. Pendidikan adalah
sebuah proses pematangan dan pendewasaan masyarakat. Maka lembaga-lembaga
pendidikan harus memahami perannya tidak sekadar menjual jasa tetapi memiliki
tugas mendasar memformat Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
Masyarakat
ternyata tidak statis, tetapi dinamis, bahkan sangat dinamis.Pada masa sekarang
ini masyarakat mengalami perubahan sosial yang sangat pesat.Isu postmodernisasi
dan globalisasi sebenarnya ingin merangkum pemahaman suatu perubahan yang
sangat cepat dan dahsyat. Modernisasi adalah proses perubahan masyarakat dan
kebudayaannya dari hal-hal yang bersifat tradisional menuju modern. Globalisasi
pada hakikatnya merupakan suatu kondisi meluasnya budaya yang seragam bagi
seluruh masyarakat di dunia.Globaliasi muncul sebagai akibat adanya arus
informasi dan komunikasi yang begitu cepat. Sebagai akibatnya, masyarakat dunia
menjadi satu lingkungan yang seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu
sistem pergaulan dan budaya yang sama.
Senge
(1990) dalam Maliki (2010:276), perubahan merupakan sesuatu yang tidak bisa
dielakkan, karena ia melekat, lahir dalam proses pengembangan masyarakat.
Kebutuhan untuk bisa survive dalam ketidakpastian dan perubahan menjadi
tuntutan masa kini. Perubahan terjadi begitu cepat dan luas, termasuk mengubah
dasar-dasar asumsi dan paradigma memandang perubahan.
Perubahan yang terjadi di masyarakat tentunya sangat berpengaruh pada dunia pendidikan.Masalah-masalah sosial yang muncul di tengah masyarakat juga dialami dunia pendidikan.
Perubahan yang terjadi di masyarakat tentunya sangat berpengaruh pada dunia pendidikan.Masalah-masalah sosial yang muncul di tengah masyarakat juga dialami dunia pendidikan.
Sosiologi
pendidikan memainkan perannya untuk ikut memformat pendidikan yang mampu
berkiprah secara kontekstual. Sistem, muatan, proses dan arah pendidikan perlu
ditata ulang dan diatur secara khusus sehingga mampu menjawab sekaligus bermain
di arena perubahan sosial tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Aspek – aspek yang menyebabkan terjadinya Perubahan Sosial ?
2. Bagaimana
perubahan sosial masyarakat Indonesia ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari
karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Mengetahui
aspek – aspek yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial
2. Mengetahui
perubahan sosial masyarakat Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aspek-Aspek Penyebab Perubahan
Sosial
Para ahli ilmu sosial termasuk
antropologi secara tegas membedakan pengertian perubahan budaya dengan
perubahan sosial. Pada perubahan budaya, hal yang berubah itu adalah
unsur-unsur budayanya, seperti pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat-istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga
masyarakat, sedangkan pada perubahan sosial hal yang berubah adalah struktur
dan sistem sosial yang mengatur pola kehidupan masyarakat (Yad Mulyadi,1999). Beberapa
aspek yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial di Indonesia ;
A.
Demokratis
Gelombang
reformasi total yang melanda kehidupan bermasyarakat dan berbangsa indonesia
dewasa ini menimbulkan berbagai perubahan yang mendasar dalam segala aspek
kehidupan manusia yang meliputi bidang politik,ekonomi,hukum,kebudayaan dan
pendidikan. Dalam sistem pemerintahan telah terjadi perubahan penyelenggaraan
yang bersifat sentralik yang menghilangkan inisiatif atau prakarsa,
kreativitas, keseragaman baik pribadi maupun masyarakat, kini kita memerlukan
paradigma baru yang mampu menghidupkan dan mendorong serta mengaktualisasikan
dan meningkatkan partisipasi masyarakat. Kehidupan baru tersebut adalah
kehidupan yang memberikan peluang kepada setiap orang, kelompok, organisasi,
masyarakat untuk berpendapat, mengambil bagian secara aktif sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing namun tidak menyimpang dari aturan-aturan yang
berlaku dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Proses perubahan seperti itu adalah
“demokratisasi”.
H.A.R.
Tilaar(2000) mengemukakan bahwa” Kehidupan demokrasi adalah kehidupan yang
menghargai akan potensi individu, yaitu individu yang berbeda dan individu yang
mau hidup bersama”. Atas dasar itu maka segala jenis homogenitas, yaitu
menyamaratakan anggota masyarakat yang menuju kepala keseragaman merupakan
suatu prinsip yang bertentangan dengan kehidupan demokrasi di dalam segala
aspek kehidupan. Contohnya, kehidupan demokrasi di bidang politik berarti semua
anggotanya mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Di bidang ekonomi, semua
anggotanya memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan kehidupan ekonomi,
bukan hanya untuk segelintir atau sekelompok orang. Demikian juga di bidang
pendidikan semua warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang layak,juga mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pendidikan
nasional yang lebih berkualitas dan bertanggung jawab.
Nilai-nilai
dalam demokrasi adalah nilai-nilai yang mengakui kehormatan dan martabat
manusia. Sehubungan dengan hal tersebut maka proses pendidikan nasional dapat dirumuskan
sebagai proses hominisasi dan proses humanisasi. Pendidikan nasional bertujuan
mengembangkan pribadi yang kreatif, kritis, dan produktif.Demikian dikemukakan
H.A.R Tilaar (2000).
Kehidupan
yang demokratis tidak akan berkembang jika segala bentuk kehidupan ditentukan
oleh penguasa atau mereka yang memiliki power dari atas. Konsekuensi dari
kehidupan demokrasi adalah partisipasi dari segenap lapisan masyarakat tanpa
pandang suku, agama, budaya, adat-istiadat, dan sebagainya. Dalam kehidupan
yang demokratis rakyat diberi kesempatan untuk menyampaikan dan menyatakan
pendapat sekalipun pendapat itu berbeda, menyampaikan aspirasi dan
harapan-harapannya, memberikan masukan-masukan, memberikan kritik serta koreksi
terhadap pimpinannya. Dengan demikian perkembangan dari bawah dan pemberdayaan
rakyat adalah contoh dari bentuk-bentuk pengembangan kehidupan demokrasi.
B.
Globalisasi
Memasuki abad XXI manusia dihadapkan pada
berbagi tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kompleksitas masalah kesejahteraan material dan spiritual, serta
perubahan sosial yang semakin cepat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mengantarkan manusia memasuki gerbang kehidupan masyarakt global. Globalisasi
terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti politik, ekonomi, budaya, dan
teknologi.
Sunaryo Kartadinata (2000)
mengemukakan kehidupan masyaratat global ditandai dengan ;
· Kehidupan
yang interdependent, artinya kehidupan yang saling tergantung, saling
membutuhkan antara negara dan bangsa yang satu sengan bangsa/negara lainnya,
· Interconnected,
artinya adanya saling berhubungan antara negara/bangsa yang satu dengan
negara/bangsa yang lain dalam berbagai aspek kehidupan,
· Networking
artinya negara yang satu dengan yang lain memilki jaringan yang sangat erat dan
dekat sehingga menghilangkan batas-batas Negara tersebut.
Menurut
Umar Tirtaharrja (2000) istilah globalisasi berasal dari kata global yang
artinya secara umumnya utuhnya, kebulatannya bermakna bumi sebagai satu
keutuhan seakan-akan tanpa batas administrasi negara, dunia menjadi transparan,
serta saling ketergantungan antar bangsa di dunia semakin besar.
Kehidupan global memungkinkan manusia
untuk dapat menggunakan berbagai fasilitas yang tersedia seperti teknologi
canggih, belajar, berkomunikasi dan bertukar informasi melalui internet untuk
meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan sikapnya pada gilirannya
akan meningkatkan kesejahteraan hidupnya baik secara fisik ,psikis maupun
sosial dalam kaitannya dengan dampak positif kehidupan global.
Sunaryo
Kartadinata(2000) mengemukakan, “Kehidupan global berdampak positif karena
meningkatkan harapan manusia akan status dan mutu kehidupan yang lebih baik
serta menempatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan
berkomunikasi sebagai peranti utama untuk mewujudkan harapan tersebut. Globalisasi
juga menimbulkan dampak negatif, terutama bagi individu atau masyarakat yang
belum siap untuk menghadapi kehidupan tersebut, globalisasi mungkin akan
menimbulkan berbagai persoalan yang lebih kompleks serta sulit diatasi.
“Contohnya, kehidupan pasar bebas yang akan menjadi kebijakan perdagangan
dunia.Kehidupan pasar bebas ini sebagai sosok yang mengerikan bagi
negara-negara terbelakang termasuk Indonesia yang belum siap menghadapinya”.
Demikian dikemukakan Solehhudin(2000).
Emil
Salim (1990) mengemukakan terdapat 4 kekuatan gelombang globalisasi yang paling
kuat dan menonjol daya dobraknya, yaitu ;
1.
Bidang
Iptek
Khususnya dalam bidang iptek ini
mengalami perkembangan semakin cepat, utamanya dengan penggunaan teknologi yang
serba canggih, seperti komputer dan satelit.Dalam waktu yang singkat dapat
dihimpun informasi global yang terinci dan teliti dalam berbagai bidang,
umpamanya kekayaan alam, laut, hutan melalui penginderaan jarak jauh tanpa
mengenal batas negara. Globalisasi ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut
memberi orientasi baru dalam bersikap dan berpikir serta berbicara tanpa batas
negara.
2.
Bidang
Ekonomi
Dalam bidang ekonomi ini mengakar ke
ekonomi ragional seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (untuk Eropa Barat), Area
Perdagangan Bebas untuk ASEAN (ASEAN freeTrade atau AFTA).dan ekonomi global
tanpa mengenal batas-batas negara. Gejala lain adalah semakin meluasnya
perusahaan multinasional sebagai perusahaan raksasa yang tertanam kuat di
berbagai negara. Peristiwa ekonomi di suatu tempat pada negara tertentu akan
memberi dampak kepada hampir seluruh dunia.
3.
Bidang
Lingkungan
Bidang lingkungan hidup menjadi
bahan pembicaraan dalam berbagai pertemuan internasional, yang puncaknya pada
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi atau nama resmi konferensi PBB mengenai
lingkungan Hidup dan Pembanguna (UNCED) pada awal Juni 1992 di Rio de Jeneiro,
Brazil. Kerusakan lingkungan hidup di suatu tempat akan memberi dampak negatif
ke berbagai negara di sekitarnya, bahkan mengancam keselamatan planet bumi. Diperlukan
wawasan dan kebijakan yang tepat dalam bidang pembangunan yang menjamin
kelestarian dan keselamatan lingkungan hidup atau pembangunan yang berwawasan
lingkungan.
4.
Bidang
Pendidikan
Dalam hal bidang ini terdapat
kaitannya dengan identitas bangsa, termasuk budaya nasional dan budaya-budaya
nusantara. Di samping terpaan tentang gagasan-gagasan dalam pendidikan,
globalisasi terjadi pula secara langsung menerpa setiap individu manusia
melalui buku,radio,televisi dan media lainnya. Sebagi contoh, penggunaan antena
parabola memberi peluang masuknya film dan sinetron langsung ke rumah-rumah dan
peristiwa di berbagai penjuru dunia
secara langsung dapat dilihat di rumah setiap orang pada saat ataupun sesaat
setelah peristiwa terjadi melalui siaran langsung televisi. Hal itu akan
mempengaruhi wawasan, pikiran dan bahkan perilaku manusia selanjutnya bahkan
mungkin tercipta “budaya dunia” (Refleksi,1990).
C.
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Temuan-temuan
baru hasil riset secara langsung atau tidak merupakan kenyataan yang tidak bisa
dipungkiri bahwa peradaban manusia salah satunya sangat tergantung terhadap
pada ilmu dan teknologi. Teknologi banyak menghasilkan perangkat, seperti alat
transportasi, telekomunikasi, komputer dan peralatan perang. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja,
dan cara hidup manusia. Dalam
kaitannya dengan perkembangan metode ilmiah berdasarkan tonggak-tonggak
tersebut, Redja Mudyahardjo (1998) mengemukakan karakteristik metode ilmiah
sebagai berikut.
1.
Tonggak
Aristoteles
Aristoteles memandang penyelidikan ilmiah sebagai
suatu gerak maju dari kegiatan observasi, menuju pada penyusunan prinsip umum
dan kemdali pada observasi.Aristoteles mempertahankan bahwa ilmuwan hendaknya
menarik kesimpulan secara induktif tentang prinsip-prinsip yang bersifat
menerangkan dan bersumber dari gejala-gejala, yaitu dari premis-premis atau
dalil-dalil yang tercakup di dalamnya prinsip-prinsip yang menerangkan
gejala-gejala yang dihasilkan secara induktif.Metode yang digunakan aristoteles
ini disebut metode induksi-deduksi.
2.
Tonggak
Francis Bacon
Francis Bacon menerima teori aristoteles tentang
prosedur ilmiah, namun sekaligus ia mengkritik secara keras prosedur ilmiah
tersebut. Bacon menekankan pentingnya penggunaan instrument-instrumen ilmiah
dalam pengumpulan data
3.
Tonggak
Ketiga (Perkembangan dalam Abad XIX)
John Stewart Mill (1806-1873) merumuskan
teknik-teknik induktif untuk menilai hubungan antara kesimpulan dengan evidensi
(bukti-bukti) atau hal-hal yang menjadi sumbernya. Ia mengemukakan
aturan-aturan pembuktian hubungan sebab akibat dan menekankan pentingnya penalaran induktif bagi
ilmu.
4.
Tonggak
Keempat (Perkembangan Abad XX)
Perey Williams Bridgeman (1882-1961) memperjuangkan
sebuah orientasi metodologis yang dikenal sebagai operasionalisme, yaitu metode
yang lebih menekankan kecenderungan penelitian yang menggunakan pengukuran
secara operasional. Operasionalisme, yaitu sebuah pandangan yang menyatakan
bahwa ilmu eksperimental hanya berhubungan dengan sifat-sifat yang nilainya
dapat diukur. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berdampak
positif maupun negative, bergantung kepada kesiapan individu atau masyarakat
beserta kondisi sosial budayanya untuk menerimanya karena pada prinsipnya ilmu
pengetahuan dan teknologi bersifat netral.
2.2
Perubahan
Sosial Masyarakat Indonesia
Perubahan
sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Definisi tentang perubahan
sosial menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut :
Perubahan sosial
adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial
yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material
terhadap unsur-unsur immaterial.
3.
Mac Iver
Perubahan sosial
adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap
keseimbangan hubungan sosial.
Perubahan sosial
adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah
diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Gejala-gejala sosial
yang dapat mengakibatkan perubahan sosial dalam masyarakat memiliki ciri-ciri
antara lain:
1.
Setiap masyarakat
tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat
maupun cepat.
2.
Perubahan yang
terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan
pada lembaga-lembaga sosial
lainnya.
3.
Perubahan sosial yang
cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai
proses penyesuaian diri
4.
Tidak dibatasi oleh
bidang kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang
kuat
2.2.1 Bentuk-Bentuk
Perubahan Sosial Pada Masyarakat Indonesia
A. Nasionalisme
· Hans Kohn (Redja Mudyahardjo, 2002)
Nasionalisme adalah
sebagai kemauan hidup bersama, yaitu suatu paham yang memberi ilham kepada sebagian
terbesar penduduk dan mewajibkan dirinya untuk mengilhami anggota-anggotanya. Nasionalime
menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita dan satu-satunya bentuk sah
organisasi politik dan bahwa bangsa adalah sumber dari tenaga kebudayaan
kreatif dan kesejahteraan ekonomi.
· Louis Synder
Nasionalisme adalah
hasil dari faktor-faktor politik, ekonomi, social dan intelektual pada suatu
harapan dalam sejarah. Contohnya adalah timbulnya nasionalisme Indonesia.
Redja
Mudyahardjo (2002) mengemukakan ciri-ciri nasionalisme Indonesia sebagai
berikut.
1.
Nasionalisme
kerakyatan/persatuan yang anti penjajah.
2.
Nasionalisme
kerakyatan/persatuan yang patriotic, yang religious.
3.
Nasionalisme kerakyatan/persatuan yang
berdasarkan pancasila. .
Suparman (2003) mengemukakan bahwa timbulnya
nasionalisme di Indonesia pada zaman penjajahan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain;
1.
Pendidikan
Pendidikan
melahirkan kelompok baru dalam masyarakat, yaitu kaum terpelajar atau golongan
bangsa Indonesia berjuang dengan cara baru, yaitu melalui organisasi
cendekiawan. Golongan terpelajar ini menyadari nasib bangsanya yang menderita
akibat penjajahan sehingga mereka bangkit membentuk kekuatan social baru untuk
berjuang mencapai kemerdekaan bangsanya melalui pergerakan nasional dengan
mendirikan organisasi di bidang politik, ekonomi, social budaya, dan
pendidikan.
2. Diskriminasi
Diskriminasi
dibuktikan dengan adanya perlakuan yang berbeda terhadap orang-orang Belanda
dengan perlakuan terhadap bangsa Indonesia. Akibatnya timbul perasaan harga
diri yang tinggi pada orang kulit putih dan perasaan rendah diri bagi bagi
orang-orang Bumi Putra. Kondisi ini menimbulkan penolakan dan pemberontakan
dari orang-orang pribumi yang diwujudkan dalam pergerakan nasional atau yang
disebut nasionalisme.
3.
Pengaruh Paham Baru
Revolusi yang terjadi di Eropa pada abad
XIX membawa napas baru bagi negara terjajah di Asia, termasuk Indonesia. Hal
itu menyebabkan munculnya suatu golongan baru dalam masyarakat yang mempunyai
pandangan dan gagasan lain dalam mengantarkan rakyat Indonesia ke gerbang
pembebasan diri dari belenggu penjajahan, Organisasi pergerakan nasional
lainnya yang lahir kemudian diantaranya Sarikat Dagang Islam, Uische Partij,
Muhammadiyah, Perguruan Taman Siswa, dan Partai Nasional Indonesia.
Upaya penyatuan dari berbagai aksi organisasi
muncul setelah berdirinya Partai Nasional Indonesia. Bentuk dari penyatuan
organisasi itu, antara lain;
a.
Permufakatan Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI) diketuai Ir. Soekarno. Tujuannya adalah mencapai
persamaan arah aksi kebangsaan dari berbagai perkumpulan, menghindarkan
perselisihan antar anggota yang merugikan perjuangan, memperkuat dan
memperbaiki organisasi.
b.
Kongres Pemuda
Sejak tahun 1926, organisasi
kepemudaan mulai memasuki kegiatan politik nasional. Akibat semakin kuatnya dan
tebalnya jiwa kebangsaan bagi para pemuda yang melahirkan beberapa organisai
pemuda yang bersifat nasional di antaranya Perhimpunan Pelajar Indonesia,
Pemuda Indonesia, dan Partai Indonesia Raya. Pergerakan nasional menimbulkan
semangat bersatu bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya yang akhirnya
diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.Gejala-gejala disintegrasi bangsa
mulai tampak yang diakibatkan karena krisis kepercayaan. Sistem pemerintahan
yang otoriter dan tidak bersih telah meny ebabkan berbagai rasa ketidakadilan
dari daerah. Sumpah Pemuda yang diikrarkan 28 Oktober 1928, Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 mulai terancam. Tilaar (2000) mengemukakan bahwa
“Kondisi pemerintahan yang tidak bersih, pemimpin yang tidak bertanggung jawab
lama kelamaan akan melahirkan masyarakat yang chaos karena kehilangan kepercayaan
kepada para pemimpin .
B.
Otonomi
Salah satu hasil dari gelombang reformasi
total di Indonesia adalah lahirnya 2 undang –undang yang merupakan dasar hukum
bagi pelaksanaan otonomi daerah yaitu Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Undang – undang pemerintahan daerah
mengatur pembagian wewenang kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan yang
diberikan itu bersifat utuh mulai perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian, dan evaluasi untuk mendorong dan memperdayakan masyarakat,
mengembangkan peran, dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, demikian
dikemukakan Djam’an Satori (1999). Mulyani (1999) mengemukakan ada tiga dasar
pemikiran yang mendasari lahirnya Undang – undang Nomor 22 Tahun 1999, yaitu:
1.
Memberikan keleluasan kepada daerah untuk
menyelenggarakan otonomi daerah,
2.
Penyelenggaraan otonomi daerah itu diharapkan
dilakukan dengan prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan
keadilan, dan kemandirian; memperhatikan potensi serta keanekaragaman daerah
menjaga keserasian hubungan pusat dan daerah serta meningkatkan peran dan
fungsi legislatif, asas dekonsentrasi yang diikuti dengan dukungan
pembiayaannya,
3.
Menghadapi tantangan persaingan global
dengan memberikan kewenangan luas, nyata dan bertanggung jawab secara
proporsional.
Tujuan penyerahan wewenang beberapa
urusan Pemerintahan Pusat kepada Pemerintah Daerah, agar penyelenggaraan
pemerintah dapat dilaksanakan lebih demokratis, layanan pemerintah terhadap
masyarakat dapat dilakukan secara cepat, mendorong peran serta masyarakat dalam
pembangunan sehingga dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan, sekaligus
memberikan perhatian dan peluang bagi pembangunan potensi dan keanekaragaman
daerah. Undang – Undang Otonomi Daerah meletakkan kewenangan seluruh urusan
pemerintah bidang pendidikan yang selama ini berada pada pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah mulai dari perencanaan, implementasi, sampai pada pengendalian.
Masalah yang diantisipasi dalam
mengimplementasikan UUPD Tahun 1999 di bidang pendidikan, yaitu kepentingan
nasional, mutu pendidikan, efisiensi pengelolaan, perluasan dan pemerataan,
peran serta masyarakat, dan akuntabilitas.
Sementara itu, Achmad Djazuli(2000)
mengemukakan beberapa langkah untuk mengantisipasi berbagai perubahan dalam
penyelenggaraan pendidikan di era otonomi, yaitu
1.
Menyusun visi, misi, strategi, dan fungsi
sehingga bisa menunjuk arah yang jelas menjadi suatu sinergi kekuatan guna
mencapai sasaran yang telah disepakati bersama, selanjutnya dapat disusun
alokasi pembiayaan secara proporsional yang mengikuti fungsi, diikuti dengan
pengendalian yang konsisten untuk menghindari berbagai penyimpangan.
2.
Menginventarisasi kewenangan yang dapat
diselenggarakan oleh “Kanwil” sesuai kemampuan dan kebutuhan daerah selanjutnya
menata kembali organisasi pendidikan walaupun menimbulkan berbagai konsekuensi
antara lain penghapusan unit dan atau jabatan yang tidak diperlukan serta
pengurangan pegawai.
3.
Melakukan upaya pemberdayaan masyarakat
agar masyarakat dapat mengurus sebagian besar kepentingannya sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Aspek-aspek yang menyebabkan
terjadinya perubahan sosial di Indonesia, diantaranya adalah demokratisasi,
globalisasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Perubahan sosial terjadi
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem
sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku. Perubahan
sosial di Indonesia yakni dalam bentuk Nasionalisme dan Otonomi Daerah
B. Saran
Melihat
perkembangan iptek yang sangat pesat, sebagai sumber daya manusia harus siap
menerima perkembangan tersebut, dengan mempertimbangkan segi positif dan segi
negatif yang ditimbulkan dari iptek itu sendiri. Baik ilmu pengetahuan maupun
teknologi informasi sangat penting untuk meningkatkan kualitas dari sumber daya
manusia. Dengan begitu, sebaiknya antara ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi bisa berkembang selaras sehingga dapat membentuk perubahan sosial
masyarakat yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudin,
Din. 2008. Materi Pokok Pengantar
Pendidikan Cetakan 4. Jakarta : Universitas Terbuka.
Balitbangdikbud.
1975. Pendidikan Di Indonesia:1900 – 1974.
Jakarta: Balai Pustaka.
Supriadi,
Dedi. (1997a). Isu Dan Agenda Pendidikan
Tinggi Di Indonesia. Jakarta: Rosda Jayaputra.
Soehendro,
Bambang. Kerangka Pengembangan Pendidikan
Tinggi Jangka Panjang 1996 – 2005. Jakarta: Ditjen Dikti.
Van
Der Wal, S.L. (1977). Pendidikan Di
Indonesia 1900 – 1940:Kebijaksanaan Pendididkan Di Hindia Belanda 1900 – 1940.
(Alihbahasa oleh Sumarsono Mestoko dan Achmad Dasuki). Jakarta:
Balitbangdikbud.
sepertinya mudah dan lebih keren
BalasHapusizin copas min... buat tugas sukses selalu....